Rabu, 02 Desember 2009

Ekonomi asia

ADB: Ekonomi Asia terbukti lebih tahan krisis

Keuangan | admin | September 23, 2009 at 12:40

JAKARTA (Bisnis.com): Asian Development Bank (ADB) menyatakan perekonomian Asia terbukti mampu lebih bertahan terhadap krisis global. Bahkan pertumbuhan ekonominya juga naik dari perkiraan semula 3,4% menjadi 3,9% tahun ini dan untuk 2010 akan sebesar 6,4% dari 6%.

Dalam Asian Development Outloook (ADO) 2009 Update yang dirilis pada Selasa, 22 September, ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Asia mencapai 3,9%, atau naik dari perkiraan sebelumnya, yang diungkapkan pada bulan Maret 2009 dalam Asian Development Outloook (ADO) 2009, yang hanya 3,4%. Untuk tahun 2010, proyeksi pertumbuhan juga dinaikkan menjadi 6,4% dari 6%. Pertumbuhan yang lebih kuat di Asia Timur dan Asia Selatan menjadi kunci utama perbaikan prospek perekonomian Asia.

“Walaupun terjadi krisis secara global, ketahanan perekomian Asia akan memimpin pemulihan perekonomian global,” kata Kepala Ekonom ADB Jong-Wha Lee dalam siaran persnya yang diterima Bisnis.

Tindakan tepat yang telah dilakukan oleh banyak pemerintahan dan bank sentral, sistem finansial yang relatif lebih sehat pada saat sebelum terjadinya krisis global, dan pemulihan pertumbuhan yang cepat pada beberapa negara besar yang memiliki ketergantungan lebih rendah terhadap ekspor di kawasan ini, turut berkontribusi terhadap prospek yang lebih baik ini. Hanya saja, terjadi perbedaan prospek yang mencolok baik antara sub-regional maupun antar negara.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dinaikkan menjadi 4,4% dari 3,6% dalam ADO 2009. Di Republik Rakyat China, agresif pengenduran moneter dan masif stimulus fiskal oleh pemerintah telah menggerakkan perekonomian negara tersebut. Kini pertumbuhan China diproyeksikan mencapai 8,2% pada 2009 dan 8,9% pada 2010, atau meningkat dari proyeksi pertumbuhan pada Maret, yaitu 7% pada 2009 dan 8% pada 2010. Kontraksi yang lebih ringan juga diproyeksikan untuk perekonomian Korea, yang juga terbantu oleh program stimulus fiskal. Perekonomian Hong Kong, China dan Taipei, diproyeksikan berkontraksi lebih dalam dikarenakan penurunan signifikan dari permintaan terhadap ekspor mereka.

Proyeksi pertumbuhan di Asia Selatan dinaikkan menjadi 5,6% tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi yang dilakukan pada Maret 4,8%, dikarenakan prospek yang membaik di lima dari delapan sub-regional ekonomi di kawasan tersebut. Ketergantungan yang terbatas terhadap ekspor menjadi salah satu kunci ketahanan sub-regional ekonomi tersebut terhadap efek buruk dari krisis global. Tanda-tanda pemulihan kepercayaan dari praktisi bisnis dan dilanjutkannya fiskal stimulus yang cukup besar telah memperbaiki proyeksi pertumbuhan ekonomi India menjadi 6% tahun ini, naik dari proyeksi yang dilakukan pada Maret sebesar 5%. Prospek yang memburuk diproyeksikan bagi Maldives dikarenakan menurunnya penerimaan dari sektor pariwisata, serta untuk Pakistan dan Srilanka dikarenakan ketatnya permintaan domestik dan melemahnya permintaan dunia.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara diproyeksikan menurun menjadi 0,1% tahun ini, menurun jika dibandingkan proyeksi pertumbuhan sebesar 0,7% yang dilakukan pada Maret. Prospek yang membaik untuk Indonesia dan Vietnam, tidak mampu mengimbangi prospek yang memburuk bagi perekonomian yang lebih terbuka (Malaysia dan Thailand) dan lebih kecil (Brunei Darussalam dan Kamboja).

Proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kawasan Asia tengah memburuk menjadi 0,5% tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan sebelumnya 3,9%, dikarenakan rendahnya harga berbagai komoditas, penurunan yang lebih dalam dari perekonomian Federasi Rusia (partner utama perdagangan kawasan), serta arus modal masuk, investasi, dan remitan. Perekonomian Kazakhstan diproyeksikan menurun sebesar 1% tahun ini, dikarenakan bergulat dengan krisis perbankan dan rendahnya harga minyak.

Proyeksi ekspansi perekonomian di kawasan Kepulauan Pasifik diturunkan sedikit menjadi 2,8% tahun ini dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 3% yang dilakukan pada Maret, dengan sebab utama penurunan pendapatan dari remitan dan pariwisata.

“Perbaikan prospek perekonomian regional jangan sampai membuat perekonomian di kawasan Asia menjadi puas. Penurunan perekonomian global yang berkepanjangan atau pembatalan fiskal stimulus yang tergesa-gesa dapat merusak pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung,” kata Lee.

Untuk membangun ketahanan perekonomian, kawasan Asia yang sedang berkembang harus memperluas cakupan dan struktur dari keterbukaannya. Untuk mengurangi risiko terhadap gangguan eksternal, para pengambil kebijakan di kawasan ini perlu menangani masalah ketidakseimbangan geografis dari struktur perdagangan, arus kapital, dan pergerakan pekerja.

Dengan mempromosikan keterkaitan ekonomi yang lebih kuat di dalam kawasan dan lebih menyeimbangkan struktur internal perekonomian dengan memberi peran yang lebih besar bagi permintaan domestik, para pengambil keputusan akan dapat menciptakan perekonomian kawasan yang tumbuh cepat, sekaligus stabil.

Lee menambahkan ADB yang berkedudukan di Manila, Filipina, bertekad untuk mengurangi kemiskinan di kawasan Asia dan Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif, pertumbuhan yang berwawasan lingkungan dan integrasi regional. ADB didirikan pada tahun 1966 dan dimiliki oleh 67 negara anggota dimana 48 diantaranya ada di kawasan Asia. Pada tahun 2008 ADB menyetujui pinjaman sebesar US$10,5 miliar, US$811,4 juta proyek hibah dan bantuan teknis sebesar US$274,5 juta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar